TAFSIR AL-QUR’AN DAN HADIST TENTANG FENOMENA GERHANA

Recent Posts

TAFSIR AL-QUR’AN DAN HADIST TENTANG FENOMENA GERHANA




PENDAHULUAN
Latar Belakang
Matahari dan Bulan adalah benda langit yang akrab dalam pandangan manusia di bumi. Peredaran yang silih berganti dengan begitu teraturnya merupakan ketetapan dari Sang pencipta alam. Diantara peristiwa yang diakibatkan oleh dinamisnya pergerakan kedua benda tersebut adalah gerhana, baik Matahari ataupun Bulan.
Pada dasarnya penyebutan untuk gerhana Matahari dan gerhana Bulan sama. Gerhana dalam bahasa Inggris eclipse. Namun dalam penyebutannya, terdapat dua istilah, yaitu eclipse of tthe sun untuk gerhana Matahari dan eclipse of the moon untuk gerhana Bulan. Gerhana dalam Bahasa Arab disebut dengan khusuf untuk gerhana Bulan dan kusuf untuk gerhana Matahari.
Terjadinya gerhana, ternyata bukan sekedar fenomena alam biasa. Namun ada pesan tersirat yang diselipkan Sang pencipta, pada peristiwa tersebut. Banyak yang tidak menyadari, ternyata gerhana adalah tanda-tanda yang Allah jadikan sebagai peringatan untuk para hambaNya. Barangkali dosa-dosa yang sudah disepelekan, kelalaian yang akut, atau maksiat-maksiat lainnya yang sudah merajalela. Allah hendak mengingatkan melalui fenomena langka ini. Supaya manusia bertaubat, kembali takut kepadaNya. Juga supaya manusia menyadari, betapa maha kuasanya Allah, menjadikan siang yang tadinya terang benerang, tiba-tiba menjadi redup atau bahkan gelap gulita seperti halnya malam. Semua ini telah diterangkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Pada pemaparan makalah kali ini, kami selaku penyusun makalah akan membahas seputar tafsir ayat-ayat Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang fenomena gerhana.

Rumusan Masalah
Bagaimana Tafsir Ayat Al-Qur’an tentang fenomena Gerhana?
Bagaimana Tafsir Hadits tentang fenomena Gerhana?
Tujuan
Untuk mengetahui tafsir Ayat Al-Qur’an mengenai fenomena gerhana.
Untuk mengetahui tafsir Hadits mengenai fenomena gerhana.

















BAB II
PEMBAHASAN
Tafsir Ayat Al-Qur’an tentang Fenomena Gerhana
Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 33
وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ دَآئِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ
“Dan Dia (Allah) telah menundukkan (pula) bagimu Matahari dan Bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya). Dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.”

وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ دَآئِبَيْنِ “Dan Dia (Allah) telah menundukkan (pula) bagimu Matahari dan Bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya).” Maksudnya adalah, dalam memperbaiki apa yang diperbaiki oleh keduanya, seperti tumbuh-tumbuhan dan lainnya.
Kataالدؤوب yang merupakan bentuk dasar dari دَآئِبَيْنِ berarti sesuatu yang melintas berdasarkan kebiasaan yang berlaku. Ada yang berpendapat, terus menerus beredar dalam orbitnya dalam rangka melaksanakan perintah Allah. Maknanya adalah, keduanya berjalan hingga hari kiamat tanpa berbenturan.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa وَسَخَّرَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ “Dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.” Adalah agar kamu beristirahat di waktu malam dan mencari karunia Allah di waktu siang.
Diturunkannya ayat ini karena Matahari dan Bulan adalah makhluk (ciptaan) Allah SWT, sampai detik ini kedua makhluk tersebut taat (tunduk/sujud) dengan perintah Allah untuk bergerak pada porosnya dan berkeliling pada garis edarnya. Hanya Allah SWT saja yang bisa berkomunikasi dengan keduanya, gerhana adalah fenomena yang hanya dialami oleh matahari dan bulan, sebagai tanda keduanya tetap tunduk/sujud dengan apa yang Allah amanatkan. Fenomena inilah yang hanya bisa dilihat oleh manusia, baik dengan mata telanjang maupun dengan bantuan alat seperti teleskop,dimana keduanya masih beredar pada garis edarnya sesuai dengan perintah Allah SWT yang disampaikan dalam Al-Qur’an. Selanjutnya dalam ayat di atas Allah menunjukkan tanda sujudnya bumi, dengan adanya pergantian siang dan malam. Bumi hingga kini masih berputar dan tetap taat kepada Allah untuk bersujud.

Al-Qur’an Surat Fushshilat ayat 37
وَمِنْ ءَايَتِهِ الَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْس وَالقَمَرُ  لاَتَسْجُدُواْ لِلشَّمْسِ وَلاَ لِلْقَمَرَ وَاسْجُدُواْلِلَّهِ الَّذِى خَلَقَهُنَّ إِنْكُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدوْنَ
“ Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah sembah Matahari maupun bukan, tapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika ialah yang hendak kamu sembah.”

Ayat ini menerangkan bahwa diantara tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah ialah adanya malam sebagai waktu istirahat, siang waktu bekerja dan berusaha, matahari yang memancarkan sinarnya, dan bulan yang bercahaya. Dia (Allah) yang mengatur perjalanan planet-planet pada garis edarnya di cakrawala sehingga dengan demikian diketahui perhitungan tahun, bulan, hari, dan waktu.
Kepada tanda-tanda kebesaran dan kekuasaanNya itu, seperti matahari, bulan, bintang, dan sebagainya. Jangan sekali-kali memuliakan, menyembah dan menganggapnya mempunyai kekuatan gaib, karena semua itu hanya Dialah yang menciptakan, menguasai, mengatur, dan menentukan ada dan tidaknya.
Ayat ini juga memperingatkan manusia yang menyekutukan Allah, penyembah-penyembah patung, penyembah-penyembah matahari, bulan, dan bintang-bintang agar menyadari kedudukannya diantara makhluk-makhluk yang lain itu.

Al-Qur’an Surat Al Mulk ayat 23
قُل هُوَالَّذِى أنْشَأَكُمْ و جَعَلَ لَكُمُ ألسَّمْعَ وألأبْصارَ والأفْئِدةَ ,قَلِيلًامّاتَشْكُرُونَ
“Katakanlah : ‘Dialah Yang menciptakan kamun(manusia) dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati’. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.”

Firman Allah Ta’ala قُل هُوَالَّذِى أنْشَأَكُمْ “Katakanlah : Dialah Yang menciptakan kamu(manusia).” Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk memberitahukan kepada mereka buruknya penyekutuan mereka terhadap Allah, padahal mereka mengakui bahwa Allahlah yang menciptakan mereka.
و جَعَلَ لَكُمُ ألسَّمْعَ وألأبْصارَ  ” dan menjadikan bagi kamu pendengaran,penglihatan, dan hati.” Yakni hati.
قَلِيلًامّاتَشْكُرُونَ “(tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.” Yakni, (tapi) kalian tidak mensyukuri nikmat ini dan tidak pula mengesakan Allah.
Maksud dari ayat ini adalah agar manusia dapat menyaksikan kekuasaan Allah dengan modal yang diberikanNya kepada tiap-tiap manusia. Modal yang diberikan Allah kepada manusia ada 3, yaitu: pendengaran, penglihatan, dan hati. Maka Allah Ta’ala perlihatkan gerhana agar manusia dapat melihat dengan matanya, mendengar berita tentang gerhana dengan telinganya, kalau matahari dan bulan tetap bersujud (tunduk) kepada Allah, tapi amat sedikit dari manusia yang bersyukur (memahami dengan hatinya/bersujud kepada Allah).

Al-Qur’an Surat Yunus ayat 5
هُوَالَّذِى جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَآءًوَالقَمَرَ نُوْرًا وَقَدَّرَهُ, مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السٍّنِيْنَ وَالْحِسَابَ  مَاخَلَقَ اللّهُ ذلِكَ إِلاَّبِالْحَقِّ  يُفَصِّلُ الْأَ يَتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُوْنَ
“Dialah yang menjadikan Matahari bersinar dan Bulan bercahaya dan ditetapkanNya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaranNya) kepada orang-orang yang mengetahui.”
Firman Allah SWT, وَقَدَّرَهُ, مَنَازِلَ maksudnya adalah , yang memiliki tempat-tempat, atau Allah yang menakdirkan bagi Matahari dan bukan tempatnya masing-masing. Lafadz tersebut sebenarnya adalah مَاقدّرهُ, kemudian dijadikan satu sebagai bentuk ijaz dan ikhtishar (penyederhanaan dan penyingkatan).
Ada yang berpendapat bahwa penyebutan tersebut hanya untuk bulan, karena dengan bulan dapat dihitung bulan-bulan yang dipergunakan untuk bekerja dan bermuamalat.
Firman Allah SWT, لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السٍّنِيْنَ وَالْحِسَابَ “supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).”
Ibnu Abbas berkata, “apabila matahari ada dua, satu untuk siang dan satu untuk malam, maka tidak akan ada malam untuk kegelapan, dan tidak dapat pula diketahui bilangan tahun dan perhitungan bulan.
Firman Allah SWT, مَاخَلَقَ اللّهُ ذلِكَ إِلاَّبِالْحَقِّ   maksudnya adalah, Allah SWT tidak menciptakan semua itu kecuali dengan tujuan menunjukkan kebesara ciptaan-Nya yang sekaligus sebagai dalil mengenai kemampuan dan ilmu-Nya yang Maha luas. Hal itu merupakan hikmah dan pelajaran bagi manusia, dan Allah akan membalas perbuatan dan amal manusia, itulah yang paling utama.
Firman Allah, يُفَصِّلُ الْأَ يَتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُوْنَ maksudnya adalah, Allah menjelaskan secara terperincitanda-tanda kebesaran-Nya sebagai dalil atas kemampuan Allah SWT. Pengkhususan malam dengan gelapnya dan siang dengan sinarnya, merupakan tanda bagi manusia bahwa hal itu adalah kehendak yang Maha Berkehendak.

Al-Qur’an Surat Ar-Rahman ayat 5
الشَّمْسُ وَالْقَمَرُبِحُسْبَانٍ
“Matahari dan Bulan (beredar) menurut perhitungan.”
Maksud ayat di atas adalah, beredar menurut perhitungan yang sudah diketahui. Ibnu Abbas RA, Qatadah dan Abu Malik berkata, “maksudnya, beredar menurut perhitungan pada posisi masing-masing, keduanya tidak melampauinya dan tidak menyimpang darinya.”
Tafsir Hadits tentang Fenomena Gerhana
Hadits riwayat oleh Abu Bakrah, Mughirah , Abu Musa, Ibnu Abbas dan Ibnu Umar r.a
عنْ عَائِشَةَرضِيَ اللّه عنها قالت : كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عهْدِ رسُوْلِ اللّه صلى اللّه عليه وسلم فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّه عليه وسلّم فَصَلّى بِالنّاسِ فأَطال الْقِرَاءَةَ ، ثُمَّ رَكع فَأَ طَالَ الرُّكُوْع ثُمَّ رَفَعَ رَأسَهُ فَأطَالَ القِرَاءةَ وهِيَ دُونَ قِرَاءَتِهِ الاُولَى ، ثُمَّ رَكَعُ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ دونَ رُكُوعِهِ الأَوَّلِ ، ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَسَجَدَ سَجْدَتَينِ ، ثُمَّ قَامَ فَصَنَعَ فِي الرَّكْعَةِ الثَّا نِيَةِ مِثلَ ذَلِكَ ، ثُمَّ قَامَ فَقَالَ  : إنَّ الشَّمْسَ والْقَمَر َلاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، ولَكِنَّهُمَا آيتَانِ مِنْ آياَتِ اللّهِ يُرِيْهِمَا عِبَادَهُ فإذا رَأَيْتُم ذلِكَ فافْزَعُوا إلَى اصَّلاةِ
 " Dari Aisyah r.a , dia berkata , " Matahari mengalami gerhana pada masa Rasulullah SAW , maka Nabu SAW berdiri shalat mengimami manusia. Beliau memperpanjang bacaan. Kemuadian beliau ruku' dan memperlama ruku' . kemudian beliau mengangkat kepalanya dan memperpanjang bacaan, namun lebih pendek daripada bacaan pertama. Kemudian beliau ruku' dan memperlama ruku' , namun lebih singkat daripada ruku' pertama. Kemudian beliau mengangkat kepalanya dan sujud dua kali , kemudian berdiri dan mengerjakan pada rakaat kedua sama seperti itu. Kemudian beliau bersabda , ' Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak pula karena kelahiran, tetapi keduanya adalah salah satu tanda (kebesaran) Allah yang diperlihatkan kepada hamba-hamba Nya. Apabila kalian melihat hal itu, maka segeralah mengerjakan sholat.
Hadits riwayat Aisyah r.a
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللّهِ ، لاَيَنْخَسِفَانِ لِمَعنْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ْ عَاءِشَ فَإِذَارَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوْااللّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوْا وَتَصَدَّقُوْا
“Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah dua tanda diantara tanda-tanda kekuasaan Allah. gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah sholat, dan bersedekahlah.”















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ دَآئِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ
“Dan Dia (Allah) telah menundukkan (pula) bagimu Matahari dan Bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya). Dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.”
Diturunkannya ayat ini karena Matahari dan Bulan adalah makhluk (ciptaan) Allah SWT, sampai detik ini kedua makhluk tersebut taat (tunduk/sujud) dengan perintah Allah untuk bergerak pada porosnya dan berkeliling pada garis edarnya. Hanya Allah SWT saja yang bisa berkomunikasi dengan keduanya, gerhana adalah fenomena yang hanya dialami oleh matahari dan bulan, sebagai tanda keduanya tetap tunduk/sujud dengan apa yang Allah amanatkan. Fenomena inilah yang hanya bisa dilihat oleh manusia, baik dengan mata telanjang maupun dengan bantuan alat seperti teleskop,dimana keduanya masih beredar pada garis edarnya sesuai dengan perintah Allah SWT yang disampaikan dalam Al-Qur’an. Selanjutnya dalam ayat di atas Allah menunjukkan tanda sujudnya bumi, dengan adanya pergantian siang dan malam. Bumi hingga kini masih berputar dan tetap taat kepada Allah untuk bersujud.











DAFTAR PUSTAKA
Al Asqalani, Ibnu Hajar 2014 , Fathul Baari penjelaaan kitab : Shahih Bukhari buku 6 , terj.Gazirah Abdi Ummah cet 2, Jakarta : Pustaka Azzam
Al Qurthubi, Syaikh Imam. 2008 Al jami’li Ahkaam Al Qur’an (Tafsir Al-Qurthubi 8), Jakarta: Pustaka Azzam
Alfian, Ahmad. 1434 H. Buletin Jum’at Al-Ilmu adisi 21 (fikih) tahun “Memahami gerhana dengan Al Qur’an”. Diakses tanggal 17 Mei 2019 pukul 13.20 WIB
 Izzudin, Ahmad. 2012. Ilmu Falak Praktis, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra
Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan. 2011. Al Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Widya Cahaya

Posting Komentar

1 Komentar

close
REKOMENDASI BARANG MURAH