BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ilmu pengetahuan yang berkembang pesat sekarang ini menyebabkan banyak penemuan-penemuan baru yang berpengaruh pada keilmuan islam. Canggihnya teknologi dan peradaban mempermudah manusia untuk melangsungkan kehidupannya. Seperti halnya ilmu falak, cabang ilmu ini membantu umat muslim untuk menjawab permasalahan yang berkaitan langsung dengan ibadah maupun yang tidak langsung namun juga berhubungan dengan sah atau tidaknya ibadah tersebut.
Dalam hal ibadah, ilmu falak dapat menyelesaikan permasalahan seperti penentuan awal bulan qomariah yang menjadi pedoman pelaksanaan puasa Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, dan juga sebagai penentu awal dan akhir waktu sholat wajib. Tidak luput juga, ilmu falak merupakan solusi untuk mencari arah kiblat.
Untuk memahami ilmu falak, seorang akademisi tentu harus mempraktikkan ilmunya agar mengerti lebih dalam tentang cabang ilmu yang dipelajarinya. Melalui kitab-kitab klasik, akademisi bisa mengetahui tata cara mengoperasikan alat non-optik, seperti yang akan dijelaskan dalam makalah ini.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Rubu’ Mujayyab?
Apa saja komponen-komponen dari Rubu’ Mujayyab?
Bagaimana cara menghitung arah kiblat menggunakan Rubu’ Mujayyab?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Rubu’ Mujayyab
Rubu’ atau Rubu’ Mujayyab adalah alat hitung yang berbentuk seperempat lingkaran, sehingga ia dikenal pula dengan Kuadrant yang artinya “seperempat”. Rubu’ ini berguna dalam perhitungan-perhitungan ilmu falak, seperti untuk perhitungan arah kiblat, awal waktu shalat dan lain-lain. Selain itu juga berfungsi untuk memproyeksikan benda-benda langit.
Komponen-Komponen Rubu’ Mujayyab
Al Markaz
Adalah lobang yang didalamnya terdapat benar Rubu’ Mujayyab
Qousul Irtifa’
Adalah busur yang mengelilingi bentuk Rubu’ Mujayyab yang memiliki skala maksimum 90˚, setiap bagiannya adalah satu Derajat yang sama dengan enam puluh Daqiqoh atau Menit busur. Permulaan Qousul Irtifa adalah sisi kanan orang yang melihat Rubu’ Mujayab apabila posisi Markaz berada di sebelah atas.
Qousul al-Ashr
Adalah garis lengkung yang ditarik dari awal Qous hingga ke al-Sittini pada jaib 42,3
Dairoh al-Mail al-A’dhom
Adalah busur yang membentuk ¼ lingkaran dan menggambarkan deklinasi maksimum matahari sebesar 23,45˚
Jaibut Tamam
Adalah garis lurus yang ditarik dari Markaz ke awal Qaus. Jaib at-tamam dibagi menjadi 60˚. Skala/Jaib sama besar dan dari setiap skala ditarik garis lurus kea rah Qaus Irtifaa’ yang disebut Juyub al-Ma’kusah.
Jaibus Sittini
Garis lurus yang ditarik Markaz ke akhir Qaus. Jaib at-Tamam dibagi menjadi 60˚. Skala/Jain sama besar dan dari setiap skala ditarik garis lurus ke arah Qaus Irtifa’ yang disebut Juyub al-Mabsuthah
Hadafah
Lubang pengintai yang terdapat dalam Rubu’ dan posisinya sejajar dengan as-Sittini
Khait
Adalah benang yang dipasang pada Markaz
Syaqul
Adalah Bandul yag digunakan untuk pemberat Khait
Muri
Adalah benang yang diikatkan pada Khait yang biasanya mempunyai warna berbeda dengan warna Khait agar mudah dilihat.
Menghitung Arah Kiblat Menggunakan Rubu’Mujayyab
Langkah-langkah untuk mencari arah kiblat menggunakan rubu’ Mujayyab adalah sebagai berikut:
Data yang diketahui:
‘Ardul Balad Kediri : -07˚ 49’
Thul Balad Kediri : 112˚ 02’
‘Ardhul Balad Makkah : 21˚ 30’
Thul Balad Makkah : 40˚ 08’
Mencari Bu’d al-Qutr
Bu’d al-Qutr adalah busur sepanjang lingkaran vertikal yang dihitung dari garis tengah lintasan benda langit itu sampai pada ufuk. Caranya sebagai berikut:
Letakkan khoit pada Sittini
Muri ditepatkan pada Jaib Ardhul Balad
Khoit dipindah pada mail 21˚30’ (Ardhul balad Makkah)
Nilai yang terletak di bawah muri dihitung dari Juyub mabsuthoh adalah nilai bu’dil Qutri
الجيب
القوس
قه
جه
قة
جه
49
7
عرض البلد
10
8
جيب عرض البلد
30
21
ميل "كال"
59
2
بعد القطر
Mencari Asal Mutlak
Asal mutlak adalah garis lurus yang ditarik dari titik kulminasi atas yang tegak lurus pada poros langit yang menghubungkan kutub langit utara dan selatan. Caranya sebagai berikut:
Khoit diletakkan pada sittini
Muri ditepatkan pada jaib Tamam ‘Ardil Balad (90-‘Ardul balad)
Khoit dipindahkan pada Tamam Mail (90 – Mail)
Nilai yang terletak di bawah muri dihitung dari juyub mabsuthoh adalah asal mutlak
الجيب
القوس
قه
جه
قة
جه
90
القاعدة
49
7
عرض البلد
11
82
تمام عرض البلد
27
59
جيب تمام العرض
90
القاعدة
(-)
30
21
ميل "كال"
30
68
تمام ميل "كا ل"
18
55
الاصل المطلق
Mencari Asal Mu’adal
Asal Mua’dal adalah garis lurus yang ditarik dari titik pusat suatu benda langit sepanjang lingkaran vertikal yang melalui benda langit itu tegak lurus pada bidang horizon. Berikut caranya:
Khoit diletakkan pada Sittini
Muri ditepatkan pada asal mutlak
Khoit dipindahkan dari akhir Qous sampai nilai selisih thul balad yang dicari dengan Thul Makkah
Nilai di bawah Muri dijaibkan, hasilnya adalah asal mua’adal
الجيب
القوس
قه
جه
قة
جه
2
112
طول البلد كديري
(-)
8
40
طول البلد مكة
54
71
فضل الطولين
11
17
الاصل المعدل
Mencari Irtifa’ as-Simti dan Jaib Tamam Irtifa’ As-Simti
Langkah menghitungnya sebagai berikut
Asal mua’dal dikurangi bu’dil Qutri
Hasil pengurangan adalah jaib irtifa’us samti
Kemudian jaib irtifa’us simti di qouskan
Hasilnya adalah Irtifa’us Simti
Kemudian carilah Jaib Tamam dari Irtifa’us Simti
الجيب
القوس
قه
جه
قة
جه
9
17
الاصل المعدل
59
2
بعد القطر
10
14
جيب ارتفاع السمت
41
13
ارتفاع السمت
90
القاعدة
41
13
ارتفاع السمت
19
76
تمام ارتفاع السمت
18
58
جيب تمام ارتفاع السمت
Mencari Jaib as-Sa’ah
Khoit diletakkan pada Tamamu ‘Ardil Balad
Muri ditepatkan pada Jaib 21˚ 30’
Kemudian Khoit dipindahkan ke Sittini
Nilai antara Muri dan Markaz adalah Jaibus Sa’ah
الجيب
القوس
قه
جه
قة
جه
90
القاعدة
(-)
49
7
عرض البلد
11
82
تمام عرض البلد
30
21
ميل كال
59
21
جيب ميل كال
12
22
جيب السعة
Mencari Ta’dil as-Simti
Khoit diletakkan pada Tamamu ‘Ardil Balad
Masukkan dengan menggunakan nilai dari Irtifa’us Simti pada Jaib Mabsut sampai pada khoit
Pada titik pertemuan pada Jaib Mankus kembali pada Jaib Tamam, Hasilnya adalah Hissotus Simti
Hissotus Simti ditambah Jaibus Sa’ah, hasilnya adalah Ta’dilus Simti
الجيب
القوس
قه
جه
قة
جه
90
القاعدة
(-)
49
7
عرض البلد
11
82
تمام عرض البلد
41
13
ارتفاع السمت
57
1
حصة السمت
12
22
جيب السعة
9
24
تعديل السمت
Mencari Simtu al-Qiblah
Khoit diletakkan pada Sittini
Muri ditepatkan pada Jaib Tamam Irtifa’ Simti
Khoit digerakkan sampai muri berada pada Ta’dilus Simti
Nilai antara Khoit dan awal Qousul Irtifa’ adalah Simtul Qiblat yakni kemiringan arah kiblat dari titik barat ke arah utara
الجيب
القوس
قه
جه
قة
جه
90
القاعدة
(-)
41
13
ارتفاع السمت
19
76
تمام ارتفاع السمت
18
58
جيبة
9
24
تعديل السمت
28
24
سمت القبلة
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Rubu’ atau Rubu’ Mujayyab adalah alat hitung yang berbentuk seperempat lingkaran, sehingga ia dikenal pula dengan Kuadrant yang artinya “seperempat”. Rubu’ ini berguna dalam perhitungan-perhitungan ilmu falak, seperti untuk perhitungan arah kiblat, awal waktu shalat dan lain-lain. Selain itu juga berfungsi untuk memproyeksikan benda-benda langit.
Komponen-komponen dari Rubu’ Mujayyab antara lain: Al Markaz, Qousul Irtifa’, Qousul al-Ashr, Dairoh al-Mail al-A’dhom, Jaibut Tamam, Jaibus Sittini, Hadafah, Khait, Syaqul dan Muri
Menghitung arah kiblat menggunakan Rubu’ Mujayyab dengan cara menghitung: Mencari Bu’d al-Qutr, Asal Mutlak, Asal Mu’adal, Irtifa’ as-Simti dan Jaib Tamam Irtifa’ As-Simti, Jaib as-Sa’ah, Ta’dil as-Simti dan Simtu al-Qiblah
DAFTAR PUSTAKA
Khazin, Muhyiddin. 2008. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka.
Mustofa, Ali. Sang Lentera Waktu; Hisab Waktu Shalat dan Kiblat, Metode Rubu’ dan Scientific Calculator. Kediri
Khazin, Muhyiddin. 2005. Kamus Ilmu Falak.. Yogyakarta: Buana Pustaka.
Ali, Muhammad Ma’sum bin. 1992. Durusul Falakaiyah, Surabaya: Sa’ad bin Nashir bin Nabhan, Juz I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ilmu pengetahuan yang berkembang pesat sekarang ini menyebabkan banyak penemuan-penemuan baru yang berpengaruh pada keilmuan islam. Canggihnya teknologi dan peradaban mempermudah manusia untuk melangsungkan kehidupannya. Seperti halnya ilmu falak, cabang ilmu ini membantu umat muslim untuk menjawab permasalahan yang berkaitan langsung dengan ibadah maupun yang tidak langsung namun juga berhubungan dengan sah atau tidaknya ibadah tersebut.
Dalam hal ibadah, ilmu falak dapat menyelesaikan permasalahan seperti penentuan awal bulan qomariah yang menjadi pedoman pelaksanaan puasa Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, dan juga sebagai penentu awal dan akhir waktu sholat wajib. Tidak luput juga, ilmu falak merupakan solusi untuk mencari arah kiblat.
Untuk memahami ilmu falak, seorang akademisi tentu harus mempraktikkan ilmunya agar mengerti lebih dalam tentang cabang ilmu yang dipelajarinya. Melalui kitab-kitab klasik, akademisi bisa mengetahui tata cara mengoperasikan alat non-optik, seperti yang akan dijelaskan dalam makalah ini.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Rubu’ Mujayyab?
Apa saja komponen-komponen dari Rubu’ Mujayyab?
Bagaimana cara menghitung arah kiblat menggunakan Rubu’ Mujayyab?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Rubu’ Mujayyab
Rubu’ atau Rubu’ Mujayyab adalah alat hitung yang berbentuk seperempat lingkaran, sehingga ia dikenal pula dengan Kuadrant yang artinya “seperempat”. Rubu’ ini berguna dalam perhitungan-perhitungan ilmu falak, seperti untuk perhitungan arah kiblat, awal waktu shalat dan lain-lain. Selain itu juga berfungsi untuk memproyeksikan benda-benda langit.
Komponen-Komponen Rubu’ Mujayyab
Al Markaz
Adalah lobang yang didalamnya terdapat benar Rubu’ Mujayyab
Qousul Irtifa’
Adalah busur yang mengelilingi bentuk Rubu’ Mujayyab yang memiliki skala maksimum 90˚, setiap bagiannya adalah satu Derajat yang sama dengan enam puluh Daqiqoh atau Menit busur. Permulaan Qousul Irtifa adalah sisi kanan orang yang melihat Rubu’ Mujayab apabila posisi Markaz berada di sebelah atas.
Qousul al-Ashr
Adalah garis lengkung yang ditarik dari awal Qous hingga ke al-Sittini pada jaib 42,3
Dairoh al-Mail al-A’dhom
Adalah busur yang membentuk ¼ lingkaran dan menggambarkan deklinasi maksimum matahari sebesar 23,45˚
Jaibut Tamam
Adalah garis lurus yang ditarik dari Markaz ke awal Qaus. Jaib at-tamam dibagi menjadi 60˚. Skala/Jaib sama besar dan dari setiap skala ditarik garis lurus kea rah Qaus Irtifaa’ yang disebut Juyub al-Ma’kusah.
Jaibus Sittini
Garis lurus yang ditarik Markaz ke akhir Qaus. Jaib at-Tamam dibagi menjadi 60˚. Skala/Jain sama besar dan dari setiap skala ditarik garis lurus ke arah Qaus Irtifa’ yang disebut Juyub al-Mabsuthah
Hadafah
Lubang pengintai yang terdapat dalam Rubu’ dan posisinya sejajar dengan as-Sittini
Khait
Adalah benang yang dipasang pada Markaz
Syaqul
Adalah Bandul yag digunakan untuk pemberat Khait
Muri
Adalah benang yang diikatkan pada Khait yang biasanya mempunyai warna berbeda dengan warna Khait agar mudah dilihat.
Menghitung Arah Kiblat Menggunakan Rubu’Mujayyab
Langkah-langkah untuk mencari arah kiblat menggunakan rubu’ Mujayyab adalah sebagai berikut:
Data yang diketahui:
‘Ardul Balad Kediri : -07˚ 49’
Thul Balad Kediri : 112˚ 02’
‘Ardhul Balad Makkah : 21˚ 30’
Thul Balad Makkah : 40˚ 08’
Mencari Bu’d al-Qutr
Bu’d al-Qutr adalah busur sepanjang lingkaran vertikal yang dihitung dari garis tengah lintasan benda langit itu sampai pada ufuk. Caranya sebagai berikut:
Letakkan khoit pada Sittini
Muri ditepatkan pada Jaib Ardhul Balad
Khoit dipindah pada mail 21˚30’ (Ardhul balad Makkah)
Nilai yang terletak di bawah muri dihitung dari Juyub mabsuthoh adalah nilai bu’dil Qutri
الجيب
القوس
قه
جه
قة
جه
49
7
عرض البلد
10
8
جيب عرض البلد
30
21
ميل "كال"
59
2
بعد القطر
Mencari Asal Mutlak
Asal mutlak adalah garis lurus yang ditarik dari titik kulminasi atas yang tegak lurus pada poros langit yang menghubungkan kutub langit utara dan selatan. Caranya sebagai berikut:
Khoit diletakkan pada sittini
Muri ditepatkan pada jaib Tamam ‘Ardil Balad (90-‘Ardul balad)
Khoit dipindahkan pada Tamam Mail (90 – Mail)
Nilai yang terletak di bawah muri dihitung dari juyub mabsuthoh adalah asal mutlak
الجيب
القوس
قه
جه
قة
جه
90
القاعدة
49
7
عرض البلد
11
82
تمام عرض البلد
27
59
جيب تمام العرض
90
القاعدة
(-)
30
21
ميل "كال"
30
68
تمام ميل "كا ل"
18
55
الاصل المطلق
Mencari Asal Mu’adal
Asal Mua’dal adalah garis lurus yang ditarik dari titik pusat suatu benda langit sepanjang lingkaran vertikal yang melalui benda langit itu tegak lurus pada bidang horizon. Berikut caranya:
Khoit diletakkan pada Sittini
Muri ditepatkan pada asal mutlak
Khoit dipindahkan dari akhir Qous sampai nilai selisih thul balad yang dicari dengan Thul Makkah
Nilai di bawah Muri dijaibkan, hasilnya adalah asal mua’adal
الجيب
القوس
قه
جه
قة
جه
2
112
طول البلد كديري
(-)
8
40
طول البلد مكة
54
71
فضل الطولين
11
17
الاصل المعدل
Mencari Irtifa’ as-Simti dan Jaib Tamam Irtifa’ As-Simti
Langkah menghitungnya sebagai berikut
Asal mua’dal dikurangi bu’dil Qutri
Hasil pengurangan adalah jaib irtifa’us samti
Kemudian jaib irtifa’us simti di qouskan
Hasilnya adalah Irtifa’us Simti
Kemudian carilah Jaib Tamam dari Irtifa’us Simti
الجيب
القوس
قه
جه
قة
جه
9
17
الاصل المعدل
59
2
بعد القطر
10
14
جيب ارتفاع السمت
41
13
ارتفاع السمت
90
القاعدة
41
13
ارتفاع السمت
19
76
تمام ارتفاع السمت
18
58
جيب تمام ارتفاع السمت
Mencari Jaib as-Sa’ah
Khoit diletakkan pada Tamamu ‘Ardil Balad
Muri ditepatkan pada Jaib 21˚ 30’
Kemudian Khoit dipindahkan ke Sittini
Nilai antara Muri dan Markaz adalah Jaibus Sa’ah
الجيب
القوس
قه
جه
قة
جه
90
القاعدة
(-)
49
7
عرض البلد
11
82
تمام عرض البلد
30
21
ميل كال
59
21
جيب ميل كال
12
22
جيب السعة
Mencari Ta’dil as-Simti
Khoit diletakkan pada Tamamu ‘Ardil Balad
Masukkan dengan menggunakan nilai dari Irtifa’us Simti pada Jaib Mabsut sampai pada khoit
Pada titik pertemuan pada Jaib Mankus kembali pada Jaib Tamam, Hasilnya adalah Hissotus Simti
Hissotus Simti ditambah Jaibus Sa’ah, hasilnya adalah Ta’dilus Simti
الجيب
القوس
قه
جه
قة
جه
90
القاعدة
(-)
49
7
عرض البلد
11
82
تمام عرض البلد
41
13
ارتفاع السمت
57
1
حصة السمت
12
22
جيب السعة
9
24
تعديل السمت
Mencari Simtu al-Qiblah
Khoit diletakkan pada Sittini
Muri ditepatkan pada Jaib Tamam Irtifa’ Simti
Khoit digerakkan sampai muri berada pada Ta’dilus Simti
Nilai antara Khoit dan awal Qousul Irtifa’ adalah Simtul Qiblat yakni kemiringan arah kiblat dari titik barat ke arah utara
الجيب
القوس
قه
جه
قة
جه
90
القاعدة
(-)
41
13
ارتفاع السمت
19
76
تمام ارتفاع السمت
18
58
جيبة
9
24
تعديل السمت
28
24
سمت القبلة
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Rubu’ atau Rubu’ Mujayyab adalah alat hitung yang berbentuk seperempat lingkaran, sehingga ia dikenal pula dengan Kuadrant yang artinya “seperempat”. Rubu’ ini berguna dalam perhitungan-perhitungan ilmu falak, seperti untuk perhitungan arah kiblat, awal waktu shalat dan lain-lain. Selain itu juga berfungsi untuk memproyeksikan benda-benda langit.
Komponen-komponen dari Rubu’ Mujayyab antara lain: Al Markaz, Qousul Irtifa’, Qousul al-Ashr, Dairoh al-Mail al-A’dhom, Jaibut Tamam, Jaibus Sittini, Hadafah, Khait, Syaqul dan Muri
Menghitung arah kiblat menggunakan Rubu’ Mujayyab dengan cara menghitung: Mencari Bu’d al-Qutr, Asal Mutlak, Asal Mu’adal, Irtifa’ as-Simti dan Jaib Tamam Irtifa’ As-Simti, Jaib as-Sa’ah, Ta’dil as-Simti dan Simtu al-Qiblah
DAFTAR PUSTAKA
Khazin, Muhyiddin. 2008. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka.
Mustofa, Ali. Sang Lentera Waktu; Hisab Waktu Shalat dan Kiblat, Metode Rubu’ dan Scientific Calculator. Kediri
Khazin, Muhyiddin. 2005. Kamus Ilmu Falak.. Yogyakarta: Buana Pustaka.
Ali, Muhammad Ma’sum bin. 1992. Durusul Falakaiyah, Surabaya: Sa’ad bin Nashir bin Nabhan, Juz I
1 Komentar
Terima insya allah bermanfaat.
BalasHapusPengantar Ilmu Falak